Chapter 100
Chapter 100
Bab 100
Daniel kehilangan kata-kata. Entah apa yang ada di dalam otak Tracy. Property © NôvelDrama.Org.
“Kita sepakat, ya. Di saat aku perlu kamu, aku akan meneleponmu. Tenang saja, setiap kali kamu berpura-pura jadi pacarku, kamu tidak perlu mengirimiku uang satu hari.”
“Diam, dimana alamat rumahmu!”
“Jalan Bahagia no.32….”
Tracy merasa gigolo risi padanya. Wajahnya datar, sama sekali tidak menghiraukan dirinya…
Setelah tiba di rumah, bibi Juni masih menonton TV tak bersuara sambil menunggunya pulang. Begitu melihat Tracy pulang, bibi Juni bergegas memberinya sup biji teratai yang sudah dipanaskan.
Tracy minum satu mangkok besar, menggunakan lengan kanan yang tak terluka memeluk bibi Juni. Lalu, kembali ke kamar menghapus make-up dan tidur.
Besok hari Senin, ia harus kembali bekerja!
Tracy selalu mengingat misinya. Senin ini ia harus memikirkan cara mengembalikan chip itu.
Malam ini Tracy tidur nyenyak, jadi ia bangun pagi-pagi sekali. Ia mencium ketiga anaknya lalu membawa roti susu kedelai buru-buru turun tangga, bergegas naik bis ke tempat kerja.
Setelah pemulihan diri beberapa hari, sekarang kembali ke kehidupan normal. Tracy merasa hatinya lebih aman dan stabil.
Kehidupan realistis seperti ini barulah nyata!
Acara lelang yang glamor, kalung ruby seharga 200 milyar, Presdir iblis yang dingin….
Semua itu adalah mimpi. Setelah bangun dari mimpi seharusnya kembali ke kehidupan nyata.
Tracy liba 10 menit lebih awal di departemen satpam. Ia ingin mengganti baju satpam, namun malah diberitahu manajer departemen satpam. “Tracy, kamu telah dipindahkan. Pergi ke departemen HRD ambil surat pindah, kemudian lapor ke departemen baru.”
“Hah?”
Tracy bengong, adegan ini familiar sekali. Baru beberapa saat lalu ia dipindahkan dari departemen administrasi ke departemen satpam. Saat itu kejadiannya juga seperti ini.
Tetapi saat itu ia dipindahkan karena Axel, makanya sama-sama menerima hukuman. Kali ini apa lagi alasannya.
Jangan-jangan karena ia menolak Presdir?
Seharusnya sejak awal ia menyiapkan mental….
Iblis berhati dingin dan kejam itu, pasti tidak pernah ditolak orang seumur hidupnya!!
la benar-benar tidak tahu bersyukur atas kebaikan orang lain. Bagaimana bisa Daniel melepaskannya dengan mudah?
Wajah Tracy memucat, dalam benaknya terlintas drama tagis. Kurang lebih ia sudah tahu akan dipindahkan ke departemen mana.
Departemen kebersihan!
Iblis ini, bukan, Daniel rendahan ini mengunakan ini untuk mengancamnya.
Sekarang akhirnya ia mendapat alasan untuk menghukum Tracy.
Ia merasa dirinya hebat?
Palingan tinggal berhenti kerja. Sekalipun harus mencuci piring di restoran kecil, setidaknya Tracy dapat menghidupi keluarganya. Atas dasar apa ia harus menerima amarah laki-laki brengsek itu?
“Tracy, Tracy…. Suara panggilan David menyadarkan lamunan Tracy.
Tracy sadar kembali. Ia menarik napas dalam-dalam dan dengan sedih berkata. “David, Manajer Jack, terima kasih atas bimbingan kalian selama ini. Sampai jumpa!”
Setelah berbicara, ia memberi hormat kepada mereka, lalu pergi dengan mata merah…
“Eh…” Manajer Jack dan David tercengang. Apa yang terjadi? Kenapa ia berpamitan seperti mau mati?
Tracy berjalan keluar dari ruang satpam. Mengingat dirinya akan dipindahkan menjadi cleaning service, kedepannya ia harus membersihkan toilet dan wastafel. la benar-benar lesu.
Dalam hatinya, ia memaki Daniel. Cintanya tak terbalas lalu balas dendam. Benar benar brengsek, Daniel brengsek!
“Hatchiu, hatchiu!”
Dalam lift, Daniel bersin dua kali. Ia menggunakan sapu tangan hitam emas menutup hidungnya. Ia bertanya-tanya di dalam hati, apakah ada yang mengutuknya di belakangnya?
“Ting!” pintu lift terbuka.
Daniel berjalan keluar dari lift, pas sekali bertemu dengan Tracy yang ingin masuk ke dalam lift karyawan biasa di sebelah.
Ia melirik Tracy dengan dingin, lalu ia sadar Tracy juga memelototinya dengan penuh kebencian.
Daniel sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Setelah pintu lift tertutup, ia menoleh kepala bertanya kepada Ryan, “Aku tidak salah lihat, kan? Barusan dia memelototiku?”
“Huk… Huk…” Ryan berdeham, dengan hati-hati berbicara, “Sepertinya memang tidak salah lihat!”
Alis Daniel berkerut, matanya penuh kobaran api, “Ternyata barusan aku bersin karena ia sedang mengutukku!”